Membongkar kedustaan Salafi Wahhabi atas nama imam Syafi'i 3

12/01/2012 21:41
Mereka mencela ajaran tasawwuf dan penganutnya disebabkan :
 
1. Kesalah pahaman di dalam memandang ajaran tasawwuf. Mereka mengira ajaran tasawwuf itu sesat karena melihat oknum-oknum yang merusak tasawwuf dan menyebarkan kerusakan yang ada padanya. Lalu mereka memukul rata di dalam memvonis sesat ajaran tasawwuf.
 
2. Taqlid buta pada orang-orang yang memvonis sesat ajaran tasawwuf dengan membuka mata lebar-lebar untuk menerima informasi buruk tentang tasawwuf tanpa mau sedikitpun meneliti dan mengkaji sumber ajaran tasawwuf yang sebenarnya.
 
Tasawwuf menurut jumhurul ulama adalah “ Konsep di dalam menjalankan rukun agama Islam yang ke-tiga yaitu Rukun Ihsan. Upaya beribadah kepada Allah dengan memfokuskan hati untuk selalu mengingat-Nya. Seolah kita beribadah melihat Allah dan jika belum mampu maka menanamkan dalam hati bahwa Allah selalu melihat kita. Metode di dalam menggapai Ihsan adalah membersihkan hati dan anggota tubuh kita dari semua akhlak yang tercela dan berusaha mengisinya dengan semua akhlak yang terpuji “. Inilah ajaran Tasawwuf.

 
B. Manipulasi salafi wahhabi terhadap kalam imam Syafi’i dalam hal Tasawwuf
 
Beraninya mereka berdusta atas nama imam Syafi’i untuk mencela ajaran tasawwuf yang mereka anggap sesat. Hanya bermodalkan taqlid buta pada orang-orang yang mereka anggap paling benar dan bermodalkan ilmu yang pas-pasan.
 
Mereka mencela ajaran tasawwuf dengan mencomot kalam imam Syafi’I yang mereka anggap bahwa imam Syafi’I juga mencela ajaran tasawwuf dan para penganutnya, tanpa mau mempelajari makna yang sebenarnya.
Mereka membawakan kalam imam Syafi’I tentang tasawwuf sebagai berikut :
 
روى البيهقي في "مناقب الشافعي"  عن يونس بن عبد الأعلى يقول: سمعت الشافعي يقول: لو أن رجلاً تصوَّف من أول النهار لم يأت عليه الظهر إلا وجدته أحمق.
Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullahu meriwayatkan di dalam kitabnya Manaqib asy-Syafi’I dari Yunus bin Abdul A’la, aku mendengar imam Syafi’I berkata: “Jika seorang belajar tasawuf di pagi hari, sebelum datang waktu dhuhur engkau akan dapati dia menjadi orang dungu.”
 
Jawaban :
 
Pertama : Khobar tersebut di dalam sanadnya oleh para ulama masih diperselisihkan artinya tidak tsiqah. Dalam periwayatan lainnya menggunakan kalimat “Lau laa” (seandainya tidak).
 
Dalam kitab Hilyatul Aulia disebutkan sbgai berikut :

 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، حدَّثَنِي أَبُو الْحَسَنِ بْنُ الْقَتَّاتِ ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي يَحْيَى ، ثنا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى ، قَالَ : سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ ، يَقُولُ : " لَوْلا أَنَّ رَجُلا عَاقِلا تَصَوَّفَ ، لَمْ يَأْتِ الظُّهْرَ حَتَّى يَصِيرَ أَحْمَقَ "
 
“ Seandainya orang yang berakal tidak bertasawwuf, maka belum sampai dhuhur,  ia akan menjadi dungu “
 
Sanad periwayatan ini muttasil dari pengarang kitab Hiltyatul Aulia hingga sampai pada imam Syafi'i dan lebih kuat karena menggunakan shighah tahdits / sama’ (lambang periwayatan yang didengarkan secara langsung secara estafet).
 
Kedua ; Mereka menukil ucapan imam Syafi’I tersebut dengan bodoh terhadap makna yang sebenarnya. Benarkah itu sebuah celaan terhadap ajaran tasawwuf ??
Makna yang sesungguhnya adalah :
 
 “ Tidaklah seseorang belajar tasawwuf tanpa didahului ilmu fiqih, maka tidaklah datang waktu dhuhur maksudnya waktu sholat, kecuali dia dalam keadaan dungu yakni dalam keadaan bodoh, dia tidak mengerti bagaimana 
beribadah dengan Tuhannya “.
 
Makna seperti ini sesuai dengan kalam para ulama lainnya seperti imam Sirri As-Saqothi yang berkata kepada imam Junaid dan disebutkan oleh al-Hafidz Abu Thalib Al-Makki dalam kitabnya Qutul Qulub sebagai berikut :
“ Imam Sirri as-Saqothi berkata pada imam Junaid “ Jika kau berpisah dariku, siapakah yang kau duduk bersamanya ? Imam Junaid menjawab “ Al-Harist al-Muhasibi “. Imam Sirri berkata “ Benar, ambillah ilmu dan adabnya, dan tinggalkan kalam lembutnya “. Imam Junaid berkata “ Ketika aku hendak pergi aku mendengar beliau berkata :
 
جعلك اللّه صاحب حديث صوفياً ولا جعلك صوفياً صاحب حديث
 
“ Semoga Allah menjadikanmu ahli hadits yang bertasawwuf dan tidak menjadikanmu ahli tasawwuf yang pandai hadits “.
 
Ketiga ; Mereka menukil ucapan imam Syafi’i tersebut dari imam Baihaqi dalam kitabnya Manaqib Asy-Syafi’i. Seandainya mereka mau jujur, maka mereka seharusnya juga menampilkan komentar imam Baihaqi terhadap kalam imam Syafi’i tersebut dan tidak membuangnya. Namun karena tujuan mereka untuk mengelabui umat dari makna yang sebenarnya, mereka tak lagi peduli pada kejujuran dan amanat. Fa laa haula wa laa quwwata illa billahi..
 
Berikut komentar beliau stelah menampilkan kalam imam Syafi'i tsb dalam kitab beliau Manaqib Asy-Syafi'i juz 2 halaman 207 :

قلت : وإنما أراد به من دخل في الصوفية واكتفى بالاسم عن المعنى، وبالرسم عن الحقيقة، وقعد عن الكسب، وألقى مؤنته على المسلمين، ولم يبال بهم، ولم يرع حقوقهم ولم يشتغل بعلم ولا عبادة، كما وصفهم في موضع آخر
 
" Aku katakan (Imam Al Baihaqi menjelaskan maksud perkataan Imam As Syafi’i tersebut): ” Sesungguhnya yang imam Syafi'i maksud adalah orang yang masuk dalam shufi namun hanya cukup dengan nama bukan dengan makna (pengamalan), merasa cukup dengan simbol dan melupakan hakekat shufi, malas bekerja, membebankan nafkah pada kaum muslimin tapi tidak peduli dgn mereka, tidak menjaga haq-haq mereka, tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau menyifai hal ini di tempat yang lainnya. "
 
(Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
 
Inilah yang dimaksud oleh imam Syafi'i, maka jelas bahwa beliau tidak mencela ajaran tasawwuf dan penganutnya.
 
Dan cukup kalam imam Syafi’i berikut ini dalam bentuk bait syi’ir untuk membungkam hujjah mereka :
 
فقيهاً وصوفياً فكن ليس واحدا فإنــي وحـق الله إيـاك أنصح
فذلك قاس لم يذق قلبه تقــى وهذا جهول كيف ذو الجهل يصلح
 
“ Jadilah kamu seorang ahli fiqih yang bertasawwuf jangan jadi salah satunya, sungguh dengan haq Allah aku menasehatimu.
 

Jika kamu menjadi ahli fiqih saja, maka hatimu akan keras tak akan merasakan nikmatnya taqwa. Dan jka kamu menjadi yang kedua saja, maka sungguh dia orang teramat bodoh, maka orang bodoh tak akan menjadi baik “.

 

>>>>>>

 

 

Lagi-lagi mereka berani berdusta atas nama imam Syafi’i dengan menukil ucapan beliau dan diselewengkan dari makna yang sebenarnya.
 
Sekali lagi mereka memandang ajaran tasawwuf hanya dengan sebelah mata dan menutup mata satunya dari fakta yang sebenarnya. Mereka menyangka tasawwuf sebuah ilmu tersendiri dan terpisah sehingga membentuk sebuah golongan yang disebut sufi. Sebuah tuduhan dan pemikiran dangkal yang bersumber dari kejahilan akan sendi-sendi agama Islam.
 
Kami akan membuat artikel tersendiri yang menjelaskan makna tasawwuf secara konkrit dan menampilkan pendapat para ulama besar tentang ajaran tasawwuf serta memaparkan kesalah pahaman para penentangnya di dalam memandang ilmu tasawwuf yang mulia ini. Insya Allah..
 
 
Yang inti dari makna tasawwuf menurut mayoritas ulama adalah : “ Konsep di dalam menjalankan rukun agama Islam yang ke-tiga yaitu Rukun Ihsan. Upaya beribadah kepada Allah dengan memfokuskan hati untuk selalu mengingat-Nya. Seolah kita beribadah melihat Allah dan jika belum mampu maka menanamkan dalam hati bahwa Allah selalu melihat kita. Metode di dalam menggapai Ihsan adalah membersihkan hati dan anggota tubuh kita dari semua akhlak yang tercela dan berusaha mengisinya dengan semua akhlak yang terpuji “. Inilah ajaran Tasawwuf. 



 
Kalam imam syafi’i selanjutnya yang dimanipulasi oleh para penentang tasawwuf adalah :
 
حدثنا أبو محمد بن حيان ثنا أبو الحسن البغدادي ثنا ابن صاعد قال سمعت الشافعي يقول أسس التصوف على الكسل
 
“ Menceritakan pada kami Abu Muhammad bin Hayyan, Menceritakan pada kami Abul Hasan Al-Baghdadi, menceritakan pada kami Ibnu Sha’id, ia berkata “ Aku mendengar imam Syafi’i berkata “ Tasawwuf itu didasari dengan sifat malas “.
 
Jawaban :
 
Pertama : Ibn Sho'id yang disebutkan dalam sanad periwayatn atsar imam Syafi'i tsb tidak bisa menggunakan shighah jazm (sama', ihbar, tahdits), karena Ibnu Sho'id lahir tahun 228 H sdngkan imam Syafi'i wafat tahun 204 H. Bisa dicek dalam kitab Lisan Al-Mizan.
 
Maka dlm ilmu diroyah hal ini dikatakan maqthu', terputus dan gugur serta batal alias tdk bisa dibuat hujjah.
 
Kedua : Maksud kalam imam Syafi'i tsb telah disebutkan oleh imam Baihaqi sbgai berikut :
 
قلت : وإنما أراد به من دخل في الصوفية واكتفى بالاسم عن المعنى، وبالرسم عن الحقيقة، وقعد عن الكسب، وألقى مؤنته على المسلمين، ولم يبال بهم، ولم يرع حقوقهم ولم يشتغل بعلم ولا عبادة، كما وصفهم في موضع آخر
 
" Aku katakan (Imam Al Baihaqi menjelaskan maksud perkataan Imam As Syafi’i tersebut): ” Sesungguhnya yang imam Syafi'i maksud adalah orang yang masuk dalam shufi namun hanya cukup dengan nama bukan dengan makna (pengamalan), merasa cukup dengan simbol dan melupakan hakekat shufi, malas bekerja, membebankan nafkah pada kaum muslimin tapi tidak peduli dgn mereka, tidak menjaga haq-haq mereka, tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau menyifai hal ini di tempat yang lainnya. "
 
(Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
 
Ketiga : Atau yang dimaksud al-kasal (malas) oleh imam Syafi’i adalah at-Tafarrugh (kekosongan / waktu luang). Artinya “ Ajaran tasawwuf didasari dengan kekosongan hati dan anggota tubuh dari keduniaan “. Malas dari segala perkara yang dapat menyibukkan dia dari urusan akherat.
 
Dan ini sudah maklum merupakan tingkatan dasar ibadah, karena orang yang tidak focus untuk ibadah, maka dia tidak akan bias bersungguh-sungguh untuk ibadah. Dan jika dia mengosongkan hati dari segala urusan yang melailaikan akherat, maka pikirannya, hati dan anggota tubuhnya akan jernih untuk ibadah.   
 
Maka dasar ajaran tasawwuf itu sifat malas adalah bermakna meninggalkan kesibukan-kesibukan yang dapat melalaikan akherat. Oleh karena itu pula seorang yang zuhud yaitu Syaqiqi al-Bulkhi berkata sebagaimana telah diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyahnya :
 
حدثنا أحمد بن إسحاق ثنا أبو بكر بن أبي عاصم قال سمعت أبا تراب يقول سمعت حاتما الأصم يقول سمعت شقيقا يقول الكسل عون على الزهد
“ Telah member kabar pada kami Ahmad bin Ishaq, telah member kabar pada kami Abu Bakar bin Abi ‘Ashim, beliau berkata “ Aku telah mendengar Abu Thurab berkata; aku telah mendengar Hatim al-‘Ashom berkata; aku telah mendengar Syaqiq berkata “ Sifat Malas adalah penolong bagi orang yang ahli zuhud “.
 
Hal ini telah dikuatkan oleh Hadits Qudsi yang telah dishahihkan oleh imam al-Hakim dan disepakati oleh imam Adz-Dzahabi. Dalam Hadits Qudsi tersebut Allah Swt berfirman :
 
جل ابن آدم تفرغ لعبادتي املأ صدرك غنى و أسد فقرك، وإلا تفعل ملأت صدرك شغلا، و لم أسد فقرك
 
“ Wahai anak Adam, kosongkan diri untuk focus beribadah pada-Ku, maka aku akan penuhi hatimu dengan kekayaan dan menutup kefaqiranmu. Jika kamu tidak lakukan itu, maka aku akan penuhi hatimu dengan kesibukan dan aku tidak menutup kefaqiranmu “.
 
Bersambung...
 
(Ibnu Abdillah Al-Katibiy)

Topic: Membongkar kedustaan Salafi Wahhabi atas nama imam Syafi'i 3

No comments found.

New comment